Di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sederhana di pinggiran kota, setiap sore terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. TPA itu dipimpin oleh Kak Mail, seorang guru yang penuh kasih. Ia mengajar anak-anak dari berbagai latar belakang dengan kesabaran luar biasa.
Di antara murid-muridnya, ada seorang anak bernama Ila. Ia adalah anak yang susah diatur. Tidak seperti teman-temannya, Ila baru belajar membaca Al-Qur'an di usia 12 tahun, karena sebelumnya ia tidak pernah masuk TPA.
"Ila, ayo maju. Kita belajar huruf hijaiyah bersama," ajak Kak Mail suatu Malam.
Ila menggeleng pelan. Ia malu, karena sering tertinggal dalam pelajaran. Namun, Kak mail tidak pernah menyerah. Setiap anak pulang, ia selalu menyisihkan waktu khusus untuk mengajari Ila
Hari demi hari berlalu. Meskipun lambat, Ila mulai menunjukkan kemajuan. Teman-temannya juga mendukungnya dengan meminjamkan buku dan membantu mengoreksi bacaannya.
Suatu hari, TPA mengadakan seleksi munaqosyah. Ila ragu untuk ikut. "Kak, saya belum lancar Menghafal. Bagaimana bisa bersaing dengan teman-teman lainnya?" tanyanya dengan mata penuh kehawatiran.
kak Mail tersenyum. "Nak, ini bukan soal siapa yang lulus. Ini soal keberanianmu untuk mencoba dan belajar. Bacalah dengan niat tulus, insyaAllah Allah akan memberimu kemudahan."
Akhirnya, Ila memberanikan diri ikut seleksi tersebut. Ketika gilirannya tiba, ia ikut ujian. Namun, saat mulai membaca, ia pun grogi. Tapi karena Kak Mail bilang, "jangan takut", ila pun semangat ketika seleksi Pra Munaqosyah selesai .
Ketika selesai seleksi tersebut ila merasa jangtungnya berdetak begitu kencang, dan kak Mail menyebutkan ada nama Ila dan Ila pun merasa senang
Akhirnya, Ila pun sekarang akan diwisuda. Tinggal 18 hari lagi, dan ia berjanji pada kak Mail tidak akan susah diatur lagi